Di Seminar Motivasi Diri, Ippho Santosa Ingatkan Soal CSR dan Charity

Di awal seminar motivasi diri dan pelatihan pengembangan diri, kadang saya mengucapkan ini:

CSR bukan urusan perusahaan besar saja.
Melainkan urusan setiap orang.
Berbagi. Bersedekah. Membantu.

Bukan hanya uang yang disedekahkan. Hendaknya waktu juga disedekahkan. Dan saya pribadi berusaha membaginya menjadi tiga (selain waktu tidur). Yah, sepertiga untuk keluarga. Sepertiga untuk bisnis. Sepertiga untuk sosial. Sedekah. Makanya di tengah kesibukan bisnis, sebisa-bisanya saya aktif di sejumlah agenda sosial. Salah satunya, berangkat ke tempat pengungsian Rohingya.

Lokasinya di sekitar Langsa, Aceh Timur. Saya landing di Medan, kemudian lanjut perjalanan darat sekitar 5 jam. Lumayan. Sesampai di sana dan mengetahui derita para pengungsi, hati saya serasa diaduk-aduk. Bayangkan saja, tidak sedikit keluarga mereka yang dibantai di Myanmar. Saya sempat bertemu dengan seorang anak yang baru saja menjadi yatim. Ya, ayahnya dibantai tiga hari yang lalu di kampungnya sendiri.

Lalu, demi menyelamatkan diri, para pengungsi itu terpaksa terombang-ambing di kapal selama berbulan-bulan. Padahal di kapal itu, sempit dan sesaknya luar biasa. Makanan dan minuman pun jauh dari memadai, sampai-sampai sebagian dari mereka minum air seninya sendiri. Tak heran kalau beberapa di antaranya meninggal di kapal.

Di pengungsian, memang keadaannya membaik. Namun tetap saja, tidak nyaman. Karena trauma pembantaian, di antara mereka banyak yang bungkam dan tidak bisa tersenyum selama berminggu-minggu. Dan tahu sendiri kan, di pengungsian semuanya serba darurat. Tempat tidur, tempat mandi, dan lain-lain, semuanya menyatu. Sesak. Itu pun ditambahi sesaknya dengan barang-barang mereka. Dapur umum pun seadanya.

Bersama pengungsi, salah satunya adalah hafidz

Begitu relawan datang membawa balon, anak-anak di sana senangnya luar biasa. Ribut dan rebutan. Karena cuma itulah hiburan mereka. Saya tidak dapat membayangkan kalau itu terjadi pada keluarga saya. Hm, dapatkah Anda membayangkan kalau itu terjadi pada keluarga Anda? Makanya, tidak berlebihan kalau saya mengajak Anda untuk turut meringankan derita para pengungsi ini. Boleh melalui ACT, boleh juga melalui lembaga lainnya. Yang saya lihat, ACT terdepan untuk kasus Rohingya dan berinisiatif membangun shelter. Ada pula berbagai terapi. Bukan sekadar bagi-bagi makanan dan pakaian saja.

Ayo! Berapapun pendapatan kita, cobalah alokasikan sekian persen untuk membantu mereka. Bukankah kalau kita membantu orang yang terkena bencana, sebenarnya itu menjauhkan kita dari bencana? Bukankah kalau kita membantu orang yang susah dan terzalimi, sebenarnya itu menjauhkan kita dari kesusahan dan kezaliman? Kita bantu keluarga orang lain, mudah-mudahan Yang Maha Kuasa membantu keluarga kita. Apapun agama Anda, saya yakin Anda sependapat dengan saya. 



Untuk mengundang Ippho Santosa in-house seminar, silakan SMS 0812-704-9090.